Bercinta Tidaklah Semudah yang Kamu Kira


Bercinta Tidaklah Semudah yang Kamu Kira dan kamu bayangkan ... perlu kerja keras dan ulet dalam meraihnya apalagi kenikmatan .... yang tiada taranya pagi para penikmat cinta ^_^ 
Seluruh orang yang berakal sehat dengan ragawi kemanusiaannya pasti akan setuju dan tak ada satupun yang bakalan membantah jika muncul kata-kata begini: SETIAP MANUSIA TAK AKAN MENOLAK JIKA DIAJAK BERCINTA.

Bercinta adalah naluri yang paling asasi dan paling purba dari sejak pertama kali manusia diciptakan. Kisah pertama tentang manusia justru diwarnai rona percintaan antara Adam dan Hawa, dan terus berlanjut hingga nafas manusia paling mutakhir saat ini.

Karena nalurilah, cinta adalah benalu yang setia mendompleng manusia. Ia tak bisa dipungkiri. Akal sehat dan hati nurani tak bisa menutup diri darinya. Tak ada satupun manusia di dunia ini yang bisa menahan energi cinta keluar dari dalam dirinya, termasuk bertindak tanpa mengatasnamakan cinta sedikitpun.

Selain karena insting, bercinta juga menjanjikan sejuta keindahan. Mereka yang tengah bercinta dibuat mabuk kepayang. Terkadang dengan bercinta, hidup menjadi sarat spirit. Semangat kian berlipat, karena dunia ini terlihat cerah ceria, terang benderang, terus menampakkan rona yang penuh canda tawa. Tak jarang pula bercinta membuat pelakunya seperti tak berpijak di bumi: terbang di angkasa angan-angan, lupa kepada segala-galanya di bawah sana. Lupa kepada kegetiran, derita, dan kepahitan hidup.

Bercinta juga menumbuhkan benih-benih ke beranian: Berani berkorban, berani melawan arus, bahkan berani mengacuhkan semua risiko yang muncul karena cinta dan bercinta. Bercinta mengeksplorasi watak dan sifat terdalam manusia yang jarang dijumpai jika tidak bercinta.

Tapi sayang, bercinta ternyata tidak melulu menghadirkan keindahan. Bercinta juga memperlihatkan simpul-simpul yang rumit. Bercinta bukan hanya urusan dua insan yang saling memagut hati, tetapi hakikatnya juga merupakan titik temu dari sistem kehidupan (baik sosial maupun individual) yang berbeda dan belum teruji keterpaduannya. Bayangkan saja, dua insan yang belum saling kenal tiba-tiba "dipaksa" beradaptasi  dengan situasi baru dan asing. Belum lagi keharusan menyesuaikan diri dengan keluarga dan lingkungan pasangannya dengan harapan keberadaannya dapat diterima dengan cair dan tanpa kendala. Bercinta pun tidak serampangan dalam menjalaninya. Ada rambu norma dan tata krama yang harus ditaati.

Dan bercinta akan semakin "menyeramkan" jika menengok risiko yang membayang-bayanginya. Wuih, bercinta tergolong perilaku dengan kategori high risk, meski jika berhasil buahnya pun terasa nikmat dan excellent. Jika gagal, ancamannya adalah hati yang terluka, jiwa yang terguncang. Stabilitas hidup menjadi terganggu, bahkan bukan tak mungkin jika hatinya sangatlah rapuh, akan berujung tragis dengan kematian segala-galanya. Kematian jiwa, hati, prestasi, spirit, prestasi, bahkan nyawa!!!

Ternyata, bercinta itu tidak mudah ... modal "hati dan senyuman" saja tidak cukup.

No comments:

Post a Comment

 

Hot Shopping Review